Ketika Presiden Jokowi Tanpa Beban Politik, Kenapa Banyak Intrik
Presiden Joko Widodo atau yang lebih terkenal dengan nama Jokowi, demikian dipilih menjadi lagi orang nomor 1 di negara kita terkasih ini, berkemauan untuk lakukan pekerjaannya semaksimal kemungkinan, memberi yang terhebat untuk perkembangan bangsa. Beliau tidak punyai beban politik lagi, sebab di pemilihan presiden 2024 tidak dapat mencalonkan diri.
Bermain Togel Semata Karena Kemenangan Besar
Jadi, tarik memikat beberapa kebutuhan, baik untuk keuntungan partai spesifik atau barisan usaha spesifik, semestinya tidak memengaruhi Jokowi dalam ambil keputusan. Salah satu sebagai alasan ialah kebutuhan rakyat banyak.
Karena itu, demikian dikukuhkan memangku kedudukan yang ke-2 kalinya, 20 Oktober 2019 lalu, khalayak menyangka Jokowi akan ngebut, pancal gas dalam menyelesaikan beberapa program yang sudah ditargetkan, termasuk juga yang diuraikan pada saat kampanya pemilihan presiden.
Jika yang digandeng jadi wakil presiden ialah seorang figur yang benar-benar jauh dari prediksi beberapa pemerhati politik, malah makin memperjelas jika Jokowi memang pengin ngebut dalam kerja. KH Ma'ruf Amin dipercaya akan sepakat seutuhnya dengan cara yang diambil Jokowi, berlainan dengan wakil presiden awalnya Jusuf Kalla yang kadang punyai ide sendiri.
Disamping itu, adanya seorang ulama disamping Jokowi, minimal memperlunak tim "hijau" yang mengatasnamakan beberapa organisasi Islam dalam menyerbu kebijaksanaan pemerintahan. Sudah diketahui, di masa pertama kali Jokowi, cukup kerap ada masalah dari barisan yang menyebut dianya Persaudaraan Alumni 212 (PA 212).
Jokowi makin di atas angin sebab sebagian besar anggota parlemen berdiri di barisan partai pengusung Jokowi-Ma'ruf. Ditambah lagi sesudah Partai Gerindra meneyeberang masuk tim pemerintahan. Memang seperti bertentangan, saat Jokowi tidak punyai beban politik, malah beliau menggamit pesaing abadinya, Prabowo Subianto.
Bisa disebutkan, apa saja kebijaksanaan Jokowi yang membutuhkan kesepakatan DPR, akan berjalan lancar. Parktis cuman PKS jadi partai yang keras mengatakan diri jadi oposisi. Terakhir, Demokrat yang awalannya kurang jelas tempatnya, ingin memberikan dukungan Jokowi tetapi tidak bisa porsi di kabinet, saat ini kelihatannya mulai kuat berdiri pada pihak oposisi.
Tentang hal Partai Instruksi Nasional (PAN) mendekat ke faksi pemerintahan sesudah Zulkifli Hasan kembali lagi pimpin serta sekalian "menyepak" Amien Rais. Bila ada reshuffle kabinet, kemungkinan wakil PAN ada yang masuk.
Jelaslah, demikian riil jika Jokowi memang tidak ada beban politik. Beberapa politikus sudah dijinakkan, karena itu tidak ada penghambat untuk Jokowi untuk meluncur kuat, untuk mengusung tingkat kesejahteraan warga ke status yang semakin tinggi.
Tetapi, tidak disangka serta tidak disangka, hadirlah musibah wabah yang sudah melelehlantakkan sendi-sendi ekonomi bangsa. Indonesia pada akhirnya harus harus mengahadap krisis, dengan perkembangan ekonomi yang negatif sepanjang 2 kuartal paling akhir dengan beturut-turut.
Konsentrasi pemerintahan yang tidak cuman pengin konsentrasi tangani masalah kesehatan, dan juga sekalian gerakkan perekonomian, bahkan mengadakan pemilihan kepala daerah serempak, sudah memunculkan rasa pesimis di beberapa faksi.